Hell-o my obsolete blog. I hardly visit you since I could let my heart broke and somebody came on over to picked the pieces. I realized that I priced myself low all this time. I deserve the expensive one! Yeah, God's plans are always good even great. Unexpected yet surprising. The keys are effort, pry, and let it flow. You know people usually said YOLO, now I understand what they mean.

Questions are start popping up!
"So this time you are desperate of love again"
"Is your heart hurt again?"
"What's story then you wanna tell us about?"

Dear my lovely friends,
First I wanna say thank you for noticing me with my absurd writes. Thank you for being reader when you're have nothing to do. Thank you for making jokes of my pity stories. Thank you for all you've done for cheer me up or make me down. Just thank you. May you have a great day, amazing life, and fabulous life.

I've turned 20 on July, 18th. I've grown up. Thanks to my parents. I will never be able to repay your struggle and sacrifice, but I hope can make you smile, happy, and proud to have this little jerk. I'm older than before, but I haven't wiser. Still too much drama and forget about karma. So childish. Sometimes I become coward, clumsy, diffident, give up easily, not responsible, and another stupid things. Once again, I'm 20. I feel the responsibility has bang my shoulders and there is 'graduate. work. married' banner on my forehead. Oh don't forget 'success and live happily ever after' at the end. Reality has woken me up that I'm not a child anymore. I'm not their little angel anymore, but their lovely guardian. No cereal breakfast on the table every morning, no games every after school, no screaming and jumping on the bed at the same time, no one tuck me in the night and kisses and that starring eyes full of love. Not anymore. Just missed that kind of things.

This rubbish-silly-words-thing is present for my parents. My superhero ever, my spirit of life, my reasons why I should wake up early to get some learn and skill even the gravity of bed is undeniable. GOD why bed's very tempting!
Maybe I'm too busy with my friends and some so-called boyfie, then I forget to call you. Maybe I spend a lot with my world and that fake-interim-happiness than to text you and know how you do. Maybe I put on airs to tell you that I miss and love you. To say sorry... this one is just too hard sometime. By this post, i just wanna let you know what I feel.

Mom, Dad. Your little angel's going to be your pretty guardian. Just by that, I hope you're always healthy and able to see me become what you are always expect. Pretty and success woman. I apologize for all my words, attitudes, thoughts, and mistakes. Also anything that makes you hurt accidentally. I want you to know. When I find my prince someday, you still my king, Dad. Even when I have my little princess, you still my Queen, Mom. When time comes to take you both, you'll buried in my heart and my soul.


Love,
Your daughter.
Jumat, 7 November. Pagi hari di Yogyakarta. Di kelas matkul Metode Pengajaran tepatnya. Gue dateng terlambat waktu itu sama Azida. Ya ngikutin Azida aja, doi duduk di depan. Sebelumnya perkenalkan dosen gue, namanya Vincent Nugroho. Dosen kocak (menurut gue) yang bikin murid-muridnya ketawa, fresh, dan bisa involved ke materi dengan baik. Tapi doi juga orang yang doyan nanya ke random orang. Lo lagi diem tiba-tiba ditunjuk untuk jawab pertanyaan doi yang menurut gue (sebagai murid yang pasif, suka bengong, dan ngantukan) membingungkan. So here is cerita dimulai.

Posisi gue duduk di depan nih. Ya ngga depan banget, baris kedua dari depan. Barusan bokong gue nyentuh busa kursi, entah kenapa rasanya pengen pindah duduk. PLIS BANGET YA PAK, gatau kenapa hari ini Anda menyeramkan. Tapi apa daya, udah telat masa bikin ricuh dengan pindah-pindah tempat duduk. Yaudah gue duduk deh dan bingung (karena telat juga mungkin), doi lagi bahas spongebob, patrick, dan tetek bengeknya itu. Gue reflek nengok ke Beta yang duduk di belakang samping kiri, agak menjauh di sisi kiri. Bikin gerakan bibir yang kira-kira "Apaan sih maksudnya?". Oke fine. Gue ga bisa mikir BANGET gatau kenapa. Akhirnya tanpa disadari gue melamun. Taulah muka orang melamun kayak apaan. Gue contoh tampang jeleknya. Tiba-tiba ada tangan mengarah ke gue disusul kata "please". MAMPUS. Gue cuma bisa ngomong "heh?", "apaan?", sambil dengan PDnya nengok ke deretan Beta dan Indri sambil nanya "apaan sih?". Entah gue yang bego atau gue yang emang dasarnya dari awal ngga fokus (seperti biasanya) atau doi yang iseng (re: ga jelas nanyanya). Oke mungkin masalah di gue.

"Yes, so what....." bla bla bla bla gue lupa doi nanya apaan. Ngomongnya pake bahasa inggris bentrokan aksen jawa dan nanya ke orang yang salah. JACKPOT buat gue nyebur aja lo vin ke kali code. Gue masih pasang tampang bingung dan polos. Lack of words, sama sekali gada bayangan apa-apa. Bahkan otak gue rasanya kosong, bener-bener kosong. Kayaknya raga gue doang yang di kelas tapi jiwa dan nyawa gue masih somewhere unknown. Seketika pengen ngajak itu dosen berunding di rawa-rawa. Kenapa harus Hayati, bang yang ditanya. Kenapaaaa?

"Eh.. maksudnya gimana?", "Aduh ngga tau", "Hehe, apaan ya?" cuma gitu respon gue. Sampe akhirnya doi nasehatin gue yang mungkin terdengar nyelekit tapi gatau kenapa hati gue ga sakit. WAH keras hati lo vin bahaya.Bahkan gue ngga malu diceramahin sama dosen di depan temen sekelas. Putus apa urat malu gue.

"Kamu selama ini di kelas ngapain aja? Ngobrol, tidur, atau diam saja? Apakah kamu squidward, patrick, spongebob, atau batu?"

"Nah batu, pak"

Mungkin doi agak kesel ya gue jawab gitu? "Kalau begitu there are no advantages you come to campus. You better go home right now. Isn't that true? Useless kamu dateng ke kampus, ikut kelas setiap hari"

NYESS. Iya juga ya selama ini gue ke kampus ngapain aja? Setahun setengah kuliah rasanya sia-sia. Kerjaan, kampus, main, kosan doang. Hura-hura pake duit ortu, bolos ga penting, kerjaan galauin cowo mulu. Kalo ngga, ngejogrog meratapi nasib dan iri mulu sama orang yang hidupnya 'keliatan seneng dan bahagia'. Feel like contrast with my life gitu loh. Ceileh intospeksi diri, vin?

"Oh iya bener juga pak," malah itu yang keluar dari mulut gue tanpa dosa. Tapi tetep gue gabisa jawab pertanyaan dosen gue tercinta ini. Sampe dia ngulang lagi pertanyaan dengan clue dan analogi yang lebih simpel. Ya ampun berasa bego banget gue saat itu. Tapi begonya lagi gue ga bisa mikir bener-bener GAK BISA MIKIR :( otaknya lagi beku kayaknya. Mungkin ada kali lima menit lebih gue sama doi adu mulut, muter-muter di satu pertanyaan. Sampe akhirnya beres siksaan gue.

"So, I want you to try. Berusaha lebih keras. Oke?" akhirnya

"Oke, siap" jawab gue sambil cengangas-cengenges. Entah kenapa gue akhir-akhir ini susah serius. Sekali ketawa, kadang susah berhenti. Kan kayak orang gila ya. Tiba-tiba semua udah beres ketawa dan diem, gue masih aja ngekek. Dan lagi gue cengar-cemgir kalo diajak ngobrol. Satu lagi intensitas melamun semakin tinggi. Udah kayak orang keterbelakangan mental lo vin. Ih tapi amit-amit deh. BUANG AJA ADEK DI RAWA-RAWA BANG.

Kelas masih berlanjut. Mungkin gara-gara insiden 'begonya gue', dosen tercinta ini apa-apa ngeliatnya ke arah gue. Nanya-nanya juga ke arah gue lagi sampe bilang "You, yes again" dan dengan lantang berkata "I want to ask her, because she's my favorite student" HAHA mayan akhirnya ada yang jadiin gue 'favoritnya'. Gada pacar, dosen pun jadi *eh* sampe akhirnya kasian kali ya ke gue dan ngerasa ga enak sama murid lain kalo nanyanya ke gue terus. Yes merdeka. Gue aman sampe kelas beres.

Selesai. Sebenernya ga penting ya? Gue cuma baru kepikiran aja tentang kata-kata doi. Selama ini gue kuliah ngapain aja? Gak beda jauh sama SMA. Belajar ga beres, main ga jelas, kerjaan ngerem di kamar terus. Katak dalam tempurung banget. Buta sama dunia luar. Buta sama perkembangan sosial, politik, budaya, seni, dan lain-lain. Buta sama tujuan hidup sendiri. Buta sama kesehatan diri sendiri. Buta pula dengan cinta EEAAAAKKK. Cinta lagi. Kerjaannya galau. Menggalau orang yang sama. Rasanya gue merantau sedikit positifnya. Tapi emang hidup gue lagi kachaw (bgt) di semester tiga ini. Hati sama pikiran sedang lelah *eakapahubungannyaedan* semangat kendor. Padahal gue sadar di lingkungan gue ini banyak yang lebih dari gue. Saingan gue banyak, tapi tetep weh aku mah santai dan stay di zona kachaw. Gue merasa masih di zona nyaman gue. Pengen sekali-kali ke zona kotor biar ada alasan buat beli rinso. Berani kotor itu baik.

Yah malam ini renungan. Besok ngga tau deh kayaknya bakal balik kayak biasa aja hehehe. Biasa. Ibarat lo ikut renungan, ESQ, dkk yang nangis-nangis dan merasa menyesal tapi besok ya lupa deh. Tetep aja seperti biasa. HAYO NGAKU LO. Tapi ya moga-moga gue bisa berkembang dan menjadi lebih baik. Moga saja.












How’s you? Baru sempet nge-blog lagi after this long time. Sebenernya kemaren gue lagi lanjutin cerita tentang Anggara Wisesa, cuma belum bisa gue post. Okay. So this time I wanna tell about last night. It was awkward and garing but still remarkable!


Kamis tanggal 25 September, Indri ngajak malem mingguan. Katanya sih Q-time tai-tai anget gitu. Fine, gue, Beta, dan Azida setuju. Tapi ada yang aneh, Indri bilang Azida harus jemput doi dan gue ga boleh nebeng malem itu. Indri katanya mau bawa laptop, jadi doi harus ada tebengan.  Jadi gue dan Beta disuruh kontekan untuk dateng barengan. Aneh, kan?  Tapi begonya gue nurut aja.

Okay, percepat sampailah hari Sabtu, 27 September. Sepulangnya gue ngajar, gue langsung mandi dan bersiap—tinggal ganti baju aja. Tapi entah kenapa hari itu gue ngantuk banget, nyaris ketiduran. Karena takut tidur dan bangun besok paginya, akhirnya gue melakukan ‘olahraga kecil’. Berhasil. Sedikit. Sambil sesekali ngeliat ke arah jam,  semakin malam dan kekhawatiran gue semakin dalam (yailah lebay) Trans Jogja masih ada atau ngga. Taksi? Ekhem, akhir bulan ga boleh sombong ya.

“Betanya gabales. Senin aja tah ya”

Line dari Indri membuat mata gue bener-bener melek dan tiba-tiba kantuk hilang. OH MAN gue udah dress up well dan dikirim info kayak gitu. Thanks a lot. Rasanya kayak udah dapet undian, tapi ternyata yang ngumumin salah sebut nomor. JLEB. Gue udah siap tinggal cabut, kalo dibatalin... kan keki.Gue line aja Indri ala tukang teror nenanyakan kepastian QTIME ga jelas ini. Kalo salkan ga jadi, FINE. I'll undress and go to my bed. Selimutan oenyoe sampe leher. Thanks.

Singkat cerita, akhirnya fix kalau malam ini kita keluar. Tujuannya ke Nutellaria. Fine, gue cus jam setengah sembilan sambil was-was Trans Jogja masih lewat atau ngga. Kemeja biru sepaha dengan potongan sepinggang di pinggirnya, dipadankan rok hitam selutut. Diatas lutut sih. Sepatu NIKE yang buat gue nguras kantong dalam hitungan menit menghiasi kaki. Oke, cus dan harus menunggu TJ yang separuh jiwaku.

“Wah, tunggu aja ya mbak. Semoga masih lewat Tjnya” HAHA iya mbak, semoga ya.

Menunggu itu membosankan. Menunggu itu kadang bikin keki. Menunggu itu melelahkan, apalagi kalo yang ditunggu ngga peka dan parahnya pergi tanpa pernah tau kalau ada yang menungunya *eh* (salah fokus elah sorry). YES Tjnya masih ada. Naiklah gue dan turun di Korem (?) ituloh shelter TJ yang deket lampu merah, seberangnya ada kantor polisi. Deket juga sama Gramedia. Oke fix? Dari sana gue jalan kaki menuju Nutellaria. Belum sampai sana, Indri, Virda dan satu temannya yang bernama Indah lagi jalan ke arah gue. Azida ada di motornya. Lah kok?

“Penuh, Vin. Kemana ya?” dalam hati gue bertanya-tanya... dari tadi dimana dan ngapain ajeeee?

Oke, akhirnya kita pindah spot. Di Roemi, makan es krim yang rasanya biasa aja tapi entah kenapa rame. Oh ya malam minggu. Gue pesen Javanese Pancake Ice Cream; Indri, Green Tea Ice Cream; Azida, Strawberry Cheese Cake Ice Cream; Virda dan Indah pesen Minuman rasa Green Tea. Fix setelah orderan datang, TEMPAT INI NGGA OKE DAN NGGA RECOMMENDED. FIX BHAY. Maksud gue oke lah es krimnya lumayan bisa dimakan dan dinikmati, tapi untuk minuman Green Tea-nya.... ngga. Rasanya kayak rumput laut yang di blender terus dikasih air. Can you imagine it? Ewh. Tapi ngga tau ya menu lainnya, silahkan datang dan pesan sendiri.

Waktu telah menunjukan pukul setengah sepuluh dan Beta belum juga datang. Ternyata setelah ibadah doi jalan sama temen-temennya dan makan bareng gitu. Pantes lama ya bu, he he he. Kita semua masih positif kalau Beta bakal dateng, tapi ngga lama doi nelpon dan ngabarin kalau ngga bisa ikut kumpul. Doi bete sama temen-temennya yang sepertinya betenya udah KLIMAKS. Oke, ngga papa. Agak sedih sih kumpul ga lengkap tapi yaudalah ya. Azida yang pergi untuk jemput Beta belum balik juga. Jadilah gue, Virda, dan Indah duduk menunggu.


“HAPPY BIRTHDAY TO YOU~ happy birthday to you~ happy birthday, happy birthday, Happy birthday to you~” Indri dan Azida dateng dari belakang gue sambil bawa kue lengkap dengan lilinnya. Ada kertas ucapan di depannya.

HAHAHA udah lewat dua bulan lebih kali boss. Tapi ngga apa-apa :') Gue terharu sebenernya, cuma ngga nangis aja. So blessed to have ‘em. Jujur gue ngga pernah dikasih surprise macem gini sama siapa pun. Dateng dibawain kue? Mereka nyanyi untuk gue? Baru kali ini, serius. Orang tua gue aja ngga pernah. Temen-temen gue jaman SMA juga ngga HAHA. Gue agak gemeteran dikasih surprise gitu. Seneng, terharu, dan ngga tau harus apa. Like a fool just came out of her shell. Can’t desribe what did I feel that time, but it was good feeling. Gue ngga tau harus ngomong apa lagi. Meskipun GARING ABIS cara ngasih suprisenya hahaha. Love you bitches dari bulan sampai punggungnya. Biarpun orangnya ga banyak dan heboh kayak party-nya orang lain, but with special people I love everything's just fine (padahal berharap someone dateng ngasih kejutan sambil bawa kado, cowo gitu maksud gue. Ah ngaco ah. BHAY).

"Nanti dulu coba, di foto dulu. Make a wish, make a wish!". Gue menangkupkan kedua tangan sambil menunduk, layaknya orang mau berdoa. Di dalam hati, gue sebut keinginan gue. Childish, huh? Doesn't make sense? Nope. Buat gue ini hal yang harus sebelum meniup lilin di atas kue ulang tahun HIHI.

"Gozi, Vin. Gozi" ucap Indri, "Dimas juga, Vin. Jangan lupa"
"Pe***, Vin huahahaha" Azida ngomong tanpa berdosa dan cengar-cengir seperti biasanya. Gue bisa apa? Ya gue masukan mereka semua dalam daftar wishlist gue :) glad to do that without any regrets.

Make a wish done, lalu kita foto-foto tai sok sweet yang sebenernya ga jelas juga. Tapi gue seneng, pake banget. Gue suapin satu-satu. Seneng loh ini. Ternyata laptop yang dibawa itu untuk nunjukin video ucapan dan doa dari mereka. So sweet :’) Nanti gue minta videonya ya. Terima kasih udah memberikan memori indah dan pengalaman dikasih surprise macam begono. Meskipun caranya garing dan gaje tapi gue suka. Seneng. Bahagia lah. Gue bisa tidur nyenyak malemnya sambil tersenyum WKWK LEBAY IYUH. Yaudah tengkyu ya kalian. I LOVE YOU SO MUCH!!!! XOXO. Foto-fotonya nyusul deh aplotnya hihihi.


Notes: Sebenernya surprise ini buat gue dan Beta. Mereka nyiapin dua cupcakes untuk gue dan Beta. Di video juga itu untuk gue dan Beta. Sayang doi ga dateng gara-gara bad mood.
Don’t judge the book from its cover. Jangan menilai orang dari penampilannya.
Kita tidak pernah tahu siapa dan seperti apa masa lalu seseorang. Berhati-hati lah dalam menilai.

---------------------------------------------------------

Hari ini saya mendapatkan banyak ilmu—sama seperti hari biasanya—hanya saja kali ini ada hal yang spesial. Sore itu sepulang kuliah teman saya, Indri, berencana untuk membeli beberapa keperluan kuliah. Ia mengajak saya untuk ikut menemani ke salah satu toko buku di jalan Jendral Sudirman. Kebetulan saya senang pergi ke toko buku, maka pergilah kami menggunakan angkutan umum.

Awalnya saya tidak berniat membeli apapun, namun entah mengapa setiap saya pergi ke tempat seperti itu banyak godaan untuk menguras dompet. Benar saja, saya mengambil satu buah novel karya Christian Simamora yang berjudul CO2 (Come On Over) dan satu buku tulis yang direncanakan untuk jurnal mata kuliah Menulis III.

Saat keluar toko, kami menuju toko donat untuk nongkrong-nongkrong cantik sambil menyicil tugas kuliah. Ditemani segelas Ice Chocolate dan satu donat, kami mulai bekerja. Diselingi obrolan tidak penting dan curi-curi waktu untuk update di media sosial, akhirnya kami berhasil menyelesaikan tugas tersebut. Tidak seratus persen, hanya mendekati. Dinginnya ruangan membuat kami lapar dan berakhir dengan berjalan kaki menuju nasi goreng padmanaba.

Maka disini lah hal spesial itu dimulai. Pukul 17.25, mungkin, kami memutuskan untuk pulang. Kost cukup jauh, apalagi kost saya. Maka kami menggunakan taksi. Tidak mudah mendapatkannya, karena itu kami jalan hingga lampu merah dekat kantor polisi. Datanglah taksi (saya lupa nama armadanya) yang disupiri oleh bapak tua. Seumuran dengan kakek saya, mungkin.

“Mau kemana, mbak?” tanya sang supir.

“Ke Gudeg Sagan dulu, pak. Lau ke Pandega Tamtama” jawab, Indri.

Taksi melaju dengan santai. Bapak tua ini ramah dan hangat. Beliau memulai pembicaraan dengan baik setelah kami masuk. Tentu saja kami merespon meskipun seadanya. Hingga akhirnya Indri turun, tinggalah saya dan bapak supir ini. Kami mulai berbicara tentang beberapa hal, namun setelah itu diam. Untuk mencairkan suasana, saya pun memulai pembicaraan ketika mobil berhenti di lampu merah kehutanan.

“Bapak, kalau tidak ada penumpang bagaimana? Terus muter-muter aja, gitu?”

“Oh iya lah, mbak. Kalau tidak begitu saya tidak akan dapat penumpang” jawab bapak supir dengan tertawa.

“Oh begitu,” saya pun ikut tertawa “saat sulit BBM kemarin, bapak juga kesulitan, ngga?”

“Oh tidak, mbak. Taksi dan bis itu didahulukan. Jadi aman. Ya kalau tidak begitu, bagaimana bisa beroperasi? Kesulitan nanti, mbak” jawab bapak supir sambil tersenyum.

Saya hanya menganguk, lalu terdiam. Seolah kehabisan bahan pembicaraan, bapak supir kembali bertanya seputar perkuliahan saya. Mulai dari semester hingga jurusan. Beliau pun sempat menasehati saya agar belajar dengan benar dan rajin. Saat tahu saya berada di jurusan bahasa inggris, bapak supir memulai pembicaraan kembali dengan bahasa inggris. Saya sempat kaget karena beliau melafalkan dengan cepat. Terkadang saya tidak menangkap apa yang dimaksud.

“Did I talk too fast?”

“Yes, quite fast. But I still can get what you mean” jawab saya sedikit ragu.

Bapak supir mengangguk sambil tertawa. Kemudian dia bercerita tentang dirinya, tentu saja dengan bahasa inggris.Ternyata beliau pernah bekerja sebagai kantor konsulat di Kanada selama 15 tahun. Namun karena istrinya sering sakit-sakitan, beliau memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menetap serta bekerja disini. Beliau mempunyai tiga orang anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Dari anak-anaknya, beliau memiliki enam cucu.

Kedua anak laki-lakinya sekarang bekerja di tempat yang sama di Kanada. Pulang setahun sekali dan baru kemarin anaknya pulang bersama sang istri. Mereka menetap selama dua bulan sejak Juli. Menantunya yang bukan berkebangsaan Indonesia, mengharuskannya berbicara dengan bahasa inggris. Saya tidak begitu menangkap pembicaraan terakhir, namun yang saya pahami di keluarga bapak supir ini bahasa inggris sangat diterapkan. Beliau berkata bahwa keluarganya mengaharuskan berbicara dalam bahasa inggris. Saya hanya terkagum, bingung harus berkata apa. Terlepas dari penampilan dan pekerjaannya sebagai seorang supir taksi, saya mengagumi beliau. Sayang hingga sampai kost, saya tidak tahu nama beliau.


“Nice to meet you too. See you!” itulah kata terkahir dari bapak supir tua dengan masa lalu yang hebat.
Menghilangkan perasaan terhadap seseorang memang tidak mudah. Apalagi jika perasaan itu perasaan sayang. Tolong dipahami sekali lagi, ini rasa sayang. Aku tidak mau membahas cinta, karena cinta yang banyak orang alami itu membosankan. Jika yang kau bicarakan cinta terhadap sang pencipta atau orang tua, itu lain cerita. Tolong pisahkan hal dua tersebut sebagai pengecualian tak terbatas.

------

Menikmati matahari pagi sambil merebah di atas rumput hijau, aku terpejam. Membayangkan sosokmu hadir di sampingku melakukan hal yang sama. Menoleh bersamaan lalu tersenyum, kau raih jemariku. Menggenggamnya erat seakaan takut aku hendak pergi jauh. Tersenyum hangat menampakkan barisan gigi indahmu, lalu kau bergurau hal ini akan terus berlangsung setiap pagi. “Sepertinya kita membutuhkan taman rumput luas. Bagaimana jika ditambah rumah kayu?”

Aku tertawa mendengar celotehanmu. Kau terlihat lucu saat melakukannya. Merajuk meminta peluk atau melakukan sesuatu, aku merindukannya. Kau sangat manis saat manja.Aku suka. Disaat seperti itu aku menjadi tempat bergantungmu. Menyenangkan bisa menjadi gacon beberapa waktu karena aku juga ingin bisa kau andalkan. Biarkan aku merawat dan menjagamu, seperti yang kau lakukan kepadaku.

Sebenarnya dalam penilaianku kau tidak romantis dan itu yang aku suka darimu. Bunga ataupun kata puitis, kau tidak mampu dalam hal itu. Tapi usahamu untuk romantis aku hargai dengan tinggi. Kau mempunyai dua buku kecil dengan beberapa hal di dalamnya. Kau berikan satu kepadaku. Kau menyebutnya buku ‘Rekap Sang Pencuri’. Masing-masing pemegang buku harus mengisi tugas yang telah ada di buku seperti menempel tiket nonton bersama, foto pertama, menilai ‘sang pencuri’ mulai dari fisik hingga sifat dan kepribadian, permohonan maaf tak tersampaikan, bahkan menjelaskan ciuman pertama. Kau memberikannya untuk diisi bersama sebagai hiburan dan introspeksi.

Kau manis saat seperti itu, tidak saat kau sedang marah. Matamu membelalak saat sedang sampai puncaknya. Aku takut, sungguh. Terkadang kau mengeluarkan kata kasar. Yang aku suka darimu kau tidak ringan tangan, hanya saja lidahmu tajam. Kau juga masih mampu mengatur nada suaramu meskipun emosi kadang lompat dari batasnya. Aku takut dan menangis saat kau seperti itu. Tapi aku sadar kau melakukannya karena aku keras kepala. Kau mengerti jika aku dimanja selalu, aku tidak akan maju. Jika aku tidak disadarkan dari kesalahan maka aku tidak akan menjadi insan yang baik. Terima kasih sudah memarahiku. Aku tidak menyimpan dendam terhadapmu.


Pagi, siang, malam, kau rajin mengabari lewat pesan ataupun telepon. Menanyakan hal-hal kecil yang kadang tidak penting sama sekali. Bercerita apa yang sedang kau lakukan, bersama siapa, dimana, padahal aku tidak menanyakannya. Saat aku bertanya mengapa kau melakukan hal itu, kau bilang agar aku tidak khawatir dan memikirkan hal buruk. Agar aku tidak merasa sepi saat tidak ada dirimu. Kau juga berkata bahwa aku prioritas kedua setelah keluargamu. Terdengar menggelitik di telingaku, kau tahu? Aku hanya tertawa mendengarnya. Tapi aku senang, sungguh.

Awal Mei kala itu, dua bulan sebelum ulang tahunku kau memberikanku sebuah jam tangan berwarna peach dengan sentuhan ungu dan merah jambu. Kau memakaikannya di malam hari jadi kita, di lepas pantai menjelang sunset. Kau berkata untuk memakainya selalu, menjaganya, dan untuk mengingat waktu tentu saja. Sejenak aku terdiam saat itu, aku berpikir maksudmu ‘mengingat waktu’ adalah ‘mengingat umur’. Seolah kau bisa membaca pikiranku, kau pun berkata “Ini untuk menghargai setiap waktu yang kamu, aku, dan kita miliki”. Aku hanya mengangguk dan tersenyum, padahal aku tidak mengerti. Belum memahami.
(masih) 23 Agustus 2014

Sesaat babeh senyum karena tiket yang dibelinya dapet diskon. Keuntungan kan ya Garuda Indonesia, lagi mepet, ternyata dapet diskon! Eh biasa aja ya. Tapi sebelem doi nanya mau diambil atau ngga tiketnya, gue sempet mikir untuk bilang..
"Pa, masuknya diundur kok. Jadi aku bisa pulang nanti aja. Kita cari tiket yang murah"
Tapi entah kenapa lidah gue kelu. Entah emang beneran kelu atau guenya aja yang gamau menyia-nyiakan kesempatan 'Garuda Indonesia' ini. Lebay sih tapi ya serius itu yang ada dibenak gue he he.
Oke fix, gue ke Jogja tetep hari itu cuma beda pesawat dan beda jam terbang. Babeh sempet ngece-ngece gue pas liat muka gue sumeringah. He said "Kamu langsung check-in aja. Tunggu di dalem, biar gaya" HAHAHA lucu.
Oke gue naik Garuda! But ada sesuatu yang agak gue sayangkan. Selalu ya, di terminal 2F ini, almost all the passengers-nya kece. Stylish dan keliatan lah orang punya. Gaya abiz pake 'z'. Lalu gue liat diri gue di bayangan kaca. Kaos biasa yang sebelumnya gue pake juga buat pulang ke rumah, jeans gelap, dan sepatu kets. Ngga ada gayanya. Koper gue ngga kayak mereka yang bagus dan keliatan baru. Tentengannya ga keren. Gadget ga mewah. Tampang... yah gitu deh. Tapi tetep gue enjoy juga sih. Karena gue nyaman dengan gaya gue hahaha. Yomen be yourself azzaaaahh.

"Kak, kamu langsung masuk ya. Papa juga besok sore ada meeting" doi butuh istirahat ya.

Akhirnya gue pamitan sama ortu dan adik gue yang paling kecil. Gue lupa nyeritain di awal. Adik gue yang bungsu ikut nganter, namanya Azra. Dia juga yang geret-geret koper sama bawaan gue pas di bandara HAHA. Adik teladan.
Oke gue check-in. Koper gue masukin bagasi, sedangkan tentengan kardus (baca: oleh-oleh) gue masuk kabin. Satu koper 10kg. Bayangin dah gue bawa apaan tuh. Seberes check-in gue dengan santai, sumeringah dan tenang, jalan ke ruang tunggu. Ah begaya dikit naik Garuda wakakak. Sampai akhirnya gue duduk di kursi panjang sendirian selama sejam dan ngetik cerita ini buat kalian semua.

"Perhatian kepada seluruh penumpang Garuda Indonesi dengan nomor penerbangan GA 528, penerbangan akan di delay 20 menit karena adanya keterlambatan pesawat"
HA belum beres nih penderitaan tentang pesawat?

Di pesawat---

Ternyata gue baru sadar dapet bangku agak belakang dengan nomor 40K. Akurapopo. Gue juga masuk akhiran disaat semua penumpang udah duduk manis kecuali dua lansia di depan gue yang jalannya kemayu alias lama. Ya maklum lansia. Aku rapopo.
Gue duduk di aisle part, so kalo landing gampang keluarnya. Karena ini kelas ekonomi, jadi tipe seat-nya 3-3. Di sebelah gue pasangan suami istri yang alim. OH YA. Di pesawat ini ada tiga pramugara ganteng ekekek. Ada yang agak chinese entah namanya siapa. Yang satunya lagi cakep, bugar, tinggi, you know lah pramugara, namanya Agung. I saw it on his kind of tuxedo, maybe? Yang terakhir udah agak tua, udah ubanan haha. I dunno either. Jadi penerbangan yang melelahkan ini karena tragedi sebelumnya ditutup dengan bonus para pramugara ganteng he he he.

----cerita sedikit---

Makan kelas ekonomi dan eksekutif itu berbeda. Pelayanannya pun berbeda. Emang enak eksekutif sih. YAIYALA HARGANYA AJA BEDA. Gue pernah naik kelas eksekutif, dan itu enak banget. Nama lo pasti dihafal sama pramugari dan pramugaranya. Duduknya pun 2-2 dengan space yang lumayan. Adem boss.
Sebelum berangkat, gue disodorin macem2 koran terus dikasih handuk hangat kecil untuk lap tangan, muka, atau apapun terserah kita. Sebelum take off, mereka bakal seperti...

"Ada yang perlu dibantu?"
"Jika ada sesuatu tekan saja tombol..."
"Mau orange juice atau teh?"
"Mau tambah sesuatu?"
Dan masih ada lagi. Antara perhatian sama bawel sebenernya.

Setelah take off, di udara saat snack time meja dikeluarin. Makannya pake garpu dan pisau. Ada buah, agar-agar, dan jus. Kita bisa minta tambah orange juice sesuka hati atau pilihan lain air putih, teh, dan kopi.
Saat landing pun, gue keluar duluan. Kalau kelas eksekutif belum keluar, kelas ekonomi menunggu wakakak.
Saat sampai bandara, gue cukup memberikan nomor koper gue dan gue bisa duduk manis menunggu koper gue dateng. Mereka yang nyari dan ngambilin. Of course, kelas eksekutif barangnya didahulukan.



So, that guys. Entah kembalinya ke Jogja kali ini gue punya salah dan dosa apa. Tapi itu yang terjadi. Lari-lari dengan ekspresi yang YAAMPUN ga tau kayak apa, kucel, deg-degan, diliatin banyak orang, ternyata tetep ketinggalan pesawat HAHA sial memang. Tapi sebagai gantinya ketinggalan Lion Air JT 566, gue dapet Garuda Indonesia GA 528.
So, habis gelap terbitlah terang. Thanks Lord!

Sedikit masukan. Kalo emang lo dateng mepet dan kemungkinan bakal ketinggalan pesawat meskipun ada waktu 30 menit lagi, lebih baik lo re-schedule langsung sebelum tiket lo hangus 90%. Mamam noh kalo udah angus, duit melayang. Hiks.